Crossmatch Metode Tabung

Proses transfusi darah harus memenuhi persyaratan yang aman bagi penyumbang darah dan bersifat pengobatan bagi pasien. Upaya yang perlu dilakukan untuk tidakan transfusi darah yang aman adalah dengan melakukan pemerikaan  uji silang serasi golongan darah. Uji silang serasi golongan darah atau crossmatch adalah uji serologi yang berujuan untuk mengetahui kompatibel atau inkompatibel antara darah donor dengan darah pasien  dan untuk menghindari terbentuknya antibodi baru sel darah merah dalam tubuh pasien, sehingga darah yang akan ditransfusikan akan jauh lebih aman (Nasr dan Yaqoob, 2016). 


Crossmatch atau uji silang serasi golongan darah dapat dilakukan dengan metode konvesional menggunakan tabung. Metode konvensional memiliki tiga fase pemeriksaan yang akan meningkatkan sensitivitas pemeriksaan. Setiap fase pada metode konvensional akan mendeteksi jenis antibodi yang berbeda-beda . Jenis antibodi yang dapat terdeteksi dalam setiap fasenya yaitu antibodi antibodi komplit (IgM) atau antibodi inkomlit (IgG) yang dapat menyebabkan hasil inkompatibel dari pemeriksaan yang dilakukan (Setyati dan Soemarti, 2010).



Prosedur Pemeriksaan

Sebelum crossmach dilakukan perlu dilakukannya uji konfirmasi golongan darah baik untuk darah donor ataupun darah pasien. Setelah diketahui kesesuaian antara darah donor dan pasien hal yang perlu dilakukan adalah dengan membuat suspensi sel darah merah 5% baik untuk sel darah merah pendonor dan pasien.  

a.        Fase I. Medium saline (salinee room temperature technique)

Fase ini dilakukan untuk menilai kecocokkan antibodi alami dengan antigen eritrosit antara donor dan pasien, sehingga reaksi transfusi hemolitik dapat dihindari. Antibodi yang dapat terdeteki pada fase ini adalah antibodi IgM yaitu, anti-A, -B, -Lea , -Leb ,-M,-N,-I (Mehdi, 2013). Berikut prosedur pemeriksaan crossmatch pada fase I :

1)      Siapkan 3 buah tabung reaksi dalam rak dan beri label mayor, minor, autokontrol.

2)      Tabung moyor diisi 2 tetes serum resipien dan 1 tetes suspensi sel 5% pendonor.

3)      Tabung minor diisi 2 tetes serum donor dan 1 tetes suspensi sel 5% resipien. • Homogenkan dan putar pada kecepatan 3000 rpm selama 15 detik, hasil dibaca ada atau tidak aglutinasi dan hemolisis.

4)      Hasil yang menunjukkan aglutinasi atau hemolisis tidak perlu dilanjutkan. Hasil yang tidak ada aglutinasi atau hemolisis dilanjutkan pada fase II.

 
b. Fase II. Inkubasi 37oC dalam medium Bovine Albumin

Fase ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi IgG yaitu, antiD,-C,-c,-E, -Kell dan meningkatkan tes anti globulin dengan menggunakan media Bovine Albumin (Mehdi, 2013). Berikut prosedur pemeriksaan pada fase II:

1)      Tambahkan 2 tetes Bovine Albumin 22 % pada masingmasing tabung.

2)      Goyangkan perlahan hingga tercampur rata.

3)      Inkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit.

4)      Putar kecepatan 3000 rpm selam 15 detik. 20

5)      Baca adanya aglutinasi atau hemolisis dengan menggoyangkan perlahan sama dengan fase I bila negatif dilanjutkan pada fase III.

 
c.       Fase III. Fase Anti Human Globulin (AHG)

Fase ini dilakukan untuk medeteksi antibodi yang dapat menimbulkan reaksi transfusi yang tidak terdeteksi pada kedua fase sebelumnya. Antibodi yang dapat terdeteksi adalah antibodi IgG yaitu, anti-Fya ,-Fyb , -Kell dan anti-D (Mehdi, 2013). Berikut prosedur pada fase III:

1)      Cuci sel darah merah dengan saline.

2)      Tambahkan 2 tetes coombs serum/ AHG pada masingmasing tabung dengan variasi waktu penambahan yaitu 2 menit, 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit.

3)      Putar kecepatan 3000 rpm selama 15 detik.

4)      Baca adanya aglutinasi atau hemolisis dengan menggoyangkan perlahan, amati secara mikroskopis.

5)      Tambahkan CCC kemudian akan menunjukkan hasil positif. Penambahan CCC akan memberikan hasil positif pada hasil negatif fase III. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan valid. Apabila dengan 27 penambahan CCC reaksi tetap negatif, maka pemeriksaan dinyatakan invalid dan harus dilakukan pengulangan (Depkes RI, 2008).

Keunggulan Metode Tabung

1.      Jauh lebih efisen dalam hal biaya

2.      lebih efektif dalam deteksi antibodi dingin dibandingkan metode otomatis 

Kelemahan Metode Tabung

1.      Pencucian yang tidak adekuat dapat menyebabkan hasil negatif palsu .

2.    Salin yang disimpan terlalu lama dalam wadah plastik dapat menunjukkan penurunan pH sehingga meningkatkan kecepatan elusi antibodi selama proses pencucian dan memberikan efek hasil negatif palsu.

3.      Reagen AHG yang tidak ditambahkan segera akan menimbulkan hasil negatif palsu.

4.      Memerlukan waktu pemeriksaan yang cukup lama

5.      Pembacaan hasil bersifat subjektif. 



Sumber : 

Depkes RI. 2008. Pemeriksaan Uji Silang Serasi. Modul 2 Pelatihan Crash Program Petugas Teknis Transfusi Darah Bagi Petugas UTDRS. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Mehdi, S. R. 2013. Essentials of Blood Banking A Handbook for Students of Blood Banking and Clinical Residents. Second Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.

Nasr dan Yaqoob. 2016. Blood Cross-Matching. United Kingdom: Departement of Orthodontics.

Setyati dan Soemarti. 2010. Transfusi Darah Yang Rasional. Semarang : Pelita Insani.


Related Posts

Posting Komentar